Kamis, 02 Juli 2020

Jalan Pintas Belajar

Ki Hajar Dewantoro : " Jadikan setiap orang sebagai guru dan jadikan rumah sebagai sekolah". Jika boleh ditambahkan "Jadikan setiap orang sebagai guru, setiap waktu adalah proses belajar dan setiap tempat adalah bangku sekolah".
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian belajar yaitu 1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. 2) berlatih. 3) berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar menjadi suatu keniscayaan untuk mempermudah jalan hidup. Namun pembelajar butuh pola untuk mempermudah menguasai suatu ilmu pengetahuan dengan cepat. Sseperti apa dan bagiamana caranya? Berikut ini beberapa karakteristik seseorang dapat melakukan pembelajar cepat sehingga mudah menyerap banyak informasi dalam waktu singkat. Simak penjelasannya berikut ini!
1) Minat yang kuat. 
Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati pada sesuatu), keinginan. Pembelajar cepat pasti memiliki rasa ingin tahu yang besar. Kunci pembuka ilmu pengetahuan adalah rasa ingin tau. Saat seseorang punya niat maka akan punya motivasi kuat untuk menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Minat seseorang dalam belajar tidak serta merta ada, untuk itu perlu stimulasi yang tepat guna menumbuhkan minat. Contohnya dalam pembelajaran sains dapat ditunjukkan produk nyata (fakta) pengetahuan, misalnya mobil terbang maka ada dorongan seseorang untuk menyukai dan mempelajari proses pembuatan mobil terbang (konsep). Minat hanya sebagai langkah awal untuk mendeteksi seseorang memiliki ketertarikan pada satu bidang ilmu, tetapi belum bisa memastikan seseorang berbakat atau tidak. Sistem pendidikan di Finlandia misalnya, dapat berfungsi dengan baik karena strukturnya ditopang oleh beberapa prinsip utama yakni akses yang sama terhadap pendidikan dan siswa diberi kebebasan memilih jalur edukatif mereka berdasarkan minat dan bakat.
Bagaimana jika seseorang tidak punya minat setelah dimotivasi? langkah selanjutnya adalah habituasi (menempatkan di tempat dan komunitas belajar tertentu serta di dampingi seorang pelatih). Bagaimana jika tidak bisa lagi? langkah terakhir adalah memberikan kebebasan pilihan dalam mendalami ilmu pengetahuan dari learning by doing (belajar dengan mengerjakan sesuatu).
Untuk mengetahui ketertarikan seseorang dalam bidang tertentu dapat diberikan beberapa pertanyaan atau kuisener. Contoh pertanyaan untuk stimulasi minat pelajaran biologi, siapa yang suka tanaman? apakah kalian memelihara hewan? siapa yang suka petualangan alam?

2) Tahu bakatnya
Apakah bakat itu? bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Contohnya seorang yang berbakat menggambar akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan gambarnya dibandingkan seseorang yang kurang berbakat. Dalam mengenali bakat seseorang, beberapa metode dapat digunakan, misalnya tes bakat (biometrik atau psikometrik), kecepatan dalam latihan rutin, kesukaan/hobi yang produktif, sesuatu yang sering dilakukan dan berhasil guna, eksistensi komunitas yang diikuti, prestasi yang pernah diraih, dan lain sebagainya. Jika seseorang punya minat sekaligus berbakat maka pola belajar akan lebih cepat dibandingkan dengan orang berminat tetapi tanpa bakat. Bagaimana jika tidak berbakat tapi memiliki minat yang kuat? umumnya proses belajar akan nampak lambat, tetapi karena minat dan motivasi kuat dengan penuh kesungguhan, seseorang juga dapat menguasi ilmu pengetahuan tertentu, hanya saja proses pembelajaran butuh pengulangan yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat. Bagaimana stimulasi untuk mengetahui seseorang berbakat atau tidak? berikut contoh stimulasi untuk seseorang memiliki bakat dalam daya ingat, diberikan nama-nama latin hewan sekitar 30 hewan diberikan waktu 10 menit menghafal, siapa yang paling banyak menghafal dalam bahasa latin?

3) Kontinyu belajar
Proses belajar memang membutuhkan tempat dan fokus tertentu secara kontinyu. Imam As-Syafi’i mengatakan bahwa “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan”. Kontinyu belajar memang dibutuhkan untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan tertentu. Menurut teori 10 ribu jam yang dimuat dalam buku “Outliers” karya Malcolm Gladwell menyebutkan untuk menjadi ahli, seseorang perlu melakukan kegiatan yang ditekuninya itu selama 10 ribu jam. Teori ini memang tidak mutlak kepastian hukumnya. Riset yang dilakukan oleh peneliti di Amerika, K. Anders Erricson membantah teori ini karena bagaimanapun kepribadian, usia saat memulai latihan, tingkat kecerdasan dan hal-hal menyangkut emosional juga berpengaruh pada kefasihan seseorang terhadap suatu bidang pekerjaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 1.700 orang pemain catur dan musisi serta menemukan bahwa hampir separuh orang mencapai kesuksesan tanpa praktek berlebihan, begitu pula sebaliknya. Bukan melulu hanya pada berapa banyak jam yang dihabiskan dengan berlatih, tetapi juga dengan bakat bawaan dan bagaimana pengaruh lingkungan.
Bagaimanapun kesungguhan dalam latihan tentunya butuh mentor yang ahli, Jika kita belajar dari orang orang ahli, kita akan mendapat pola yang lebih efisien dalam belajar. Hal ini tentunya butuh habituasi lingkungan pembelajaran yang kondusif seperti tempat, mentor maupun rekan pembelajar yang sesuai. Jika kita melakukan dan mengulangi suatu pekerjaan maka kita akan lebih terlatih entah nantinya kita menjadi seorang ahli atau bukan. 
Contoh mendeteksi konsistensi belajar  seseorang dapat diberikan pertanyaan berikut, siapa yang tadi malam membaca buku pelajaran biologi?
4) Tau model belajar
Setiap orang punya gaya belajar yang berbeda, karena otak setiap orang adalah unik, seperti modalitas visual, kinestetik, maupun audiotorial. Terdapat pola umum yang dapat digunakan untuk pembelajaran cepat misalnya belajar dari faktual menuju konseptual, mulai dari yang konkrit menuju abstrak, dari yang sederhana menuju yang kompleks. Contohnya jika pembelajar visual dapat dilihatkan gambar atau video berupa wujud konkret misalnya hasil cloning domba doly (konkret, faktual, sederhana) baru dijelaskan proses menghasilkan domba doly melalui tranplantasi nukleus (abstrak, konsep dan kompleks). Bagi tipe auditorial membutuhkan cerita atau kisah untuk menyentuh emosi dalam belajar, sedangkan bagi tipe kinestetik butuh gerakan demontrasi atau praktek. Berikut adalah contoh pertanyaan untuk mengetahui modalitas belajar seseorang, siapa yang senang lihat video produk pengetahuan? siapa yang suka mendengarkan kisah menarik? siapa yang mau mempraktekkan ?
5) Mampu menghasilkan produk
Produk ilmu pengetahuan adalah karya. Prestasi adalah salah satu hasil karya ilmu pengetahuan. Ikutilah kompetesi untuk menguji kapasitas dan daya saing. Semakin sering kita berkompetisi maka semakin teruji ilmu kita sehingga mampu mengevaluasi proses pembelajaran, baik kekurangan, kelemahan maupun kekuatan kita dibandingkan dengan orang lain.

So.....
tumbuhkan minat dengan banyak eksplorasi ilmu pengetahuan
kenali bakat kita 
latih dengan konsisten melalui mentor, rekan, dan tempat yang tepat
optimalkan metode belajar diri yang paling dominan 
buat karya dan ikut kompetisi 

Salam Pembelajar
Syariful Banun
Disarikan dari berbagai sumber






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Ketegasan Cinta 20 tahun yang lalu saya jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang akhwat jelita yang baru lulus SMA, cantik, berhijab...