JODOH
Jodoh dalam KBBI adalah orang yang cocok menjadi suami atau istri; pasangan hidup; imbangan: berhati-hatilah dalam memilih --; 2 n sesuatu yang cocok sehingga menjadi sepasang;
Jodoh adalah misteri
Illahi
Siapa, kapan, dimana,
berapa, sampai kapan?
Memang menjadi
pertanyaan bagi setiap insan akan misteri jodoh ini. Jodoh identik dengan
pasangan hidup atau belahan jiwa. Konsepsi jodoh dalam agama sebagai berikut :
1.
Jodoh
adalah tanda kebesaran Allah
“Dan
segala sesuatu Kami ciptakan berpasang pasangan supaya kamu mengingat kebesaran
Allah”. (QS Az Dzariyat : 49).
2.
Jodoh
adalah pasangan hidup
Dan
bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang pasangan pria dan wanita”. (QS An
Najm : 45).
“Ruh-ruh
itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal
sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
3.
Jodoh
adalah cerminan diri
“Wanita-wanita
yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik
adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang
baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”… (QS. An Nur:26)
“Laki laki yang berzina tidak
mengawini melainkan perempuan yang berzina atau perempuan yang musyrik, dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki laki yang berzina
atau laki laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang orang yang
mukmin”. (QS An Nur : 3)
4.
Jodoh
mendatangkan rezeki
“Dan nikahilah orang yang masih membujang
diantara kamu dan juga orang orang yang layak menikah dari hamba hamba sahaya
mu yang laki laki dan perempuan. Allah akan memberikan kemampuan pada mereka
dengan karunia Nya dan Allah maha luas pemberian Nya”. (QS An Nur : 32)
5.
Jodoh
menentramkan hati
Dan
diantara tanda tanda kekuasan Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri istri
dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepasanya, dan
dijadikan Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”. (QS Ar Rum : 21)
“
Dan orang orang yang berkata : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri
istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami
imam bagi orang orang yang bertaqwa”. (QS Al Furqan : 74).
“Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada
Tuhan mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah
menciptakan istri nya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki
laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama Nya kamu saling mencinta satu sama lain”. (QS An Nisa : 1)
Kajian konsepsi jodoh
Dalam siklus episode kehidupan, setiap perjumpaan yang di dalamnya
ada kecocokan, dapat pula kita pahami sebagai jodoh. Begitu pula saat terjadi
pernikahan, karena pernikahan dalam Islam itu adalah ikatan yang kuat untuk
menyatukan suami-istri. Seperti ungkapan bahwa cinta adalah keputusan untuk
bertanggung jawab dalam ikatan suci melalui ridha Illahi.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian
yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 21).
Ketika seseorang menikah, tentulah pasangan itu berjodoh,
bagaimanapun keadaan proses dalam berjodoh baik pilihan sendiri maupun
djodohkan. Namun, seiring berjalannya waktu, keserasian dalam berjodoh itu pun
akan naik turun bahkan menghilang, dan begitu seterusnya. Hal ini sebagaimana
iman yang juga naik-turun.
Dalam riwayat at-Tirmidziy: “Benar, sesungguhnya hati itu
berada diantara jari-jari Allah, Ia membolak-balikannya sekehendakNya.” (HR.at
Tirmidizy dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih at Tirmidziy)
Sebagaimana kita diminta berdoa agar diberikan ketetapan hati.
'Yaa
Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik'
Artinya: “Wahai
Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” [HR.Tirmidzi
3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792.
Persoalannya adalah, dalam kedinamisan itu, dalam naik-turunnya
iman, hidup, bahkan jodoh, pilihan kita selanjutnyalah yang sebenarnya menjadi
kunci. Yaitu, ketika hal-hal tersebut sedang naik turun apa yang kita perbuat?
Apakah kita akan mempertahankan jodoh kita atau melepaskan jodoh kita sekiranya
sudah tidak terjadi kecocokan. Sebagaimana ungkapan “jodoh adalah
hubungan presisi yang berdurasi”
Dari ungkapan tersebut
dapat dimaknai jodoh adalah hubungan yang tepat (kecocokan) yang dibatasi oleh
waktu dapat berpisah karena kematian atau perceraian. Bahkan dapat dimaknai
“apakah yang menyudahi pernikahan berarti masa jodohnya habis?” dapat kita
jawab, benar bahwa pada titik itu, yang menyudahi pernikahan itu masa jodohnya
telah habis, entah keesokan harinya akankah terisi lagi atau bisa rujuk
kembali. Begitu pula dengan poligami “apakah yang poligami itu jodohnya
banyak?”. Dan, benar pula bahwa seseorang yang poligami itu jodohnya berarti
banyak, tapi hanya pada titik itu, entah besok atau lusanya.
Jodoh memiliki pola unik. Kita banyak mendengar kisah tentang jodoh, mulai berjodoh karena proses lama, jodoh dari pandangan pertama, berjodoh karena keyakinan walaupun belum melihat wajah pasangan, sampai jodoh karena perjodohan. Apapun prosesnya, saat kita dengan rela maupun terpaksa saat sudah melakukan akad nikah berarti pasangan kita adalah jodoh kita.
1) kenali polanya
Sebenarnya dari analisa
penulis terdapat pola jodoh yang dapat menjadi proses pembelajaran dan kajian
bersama, ini sekedar analisa yang sifat kebenarannya nisbi. Ada 3 pola jodoh yakni
sebagai berikut :
a. Jodoh dimulai dari pandangan pertama
Saat
seseorang mengalami vibrasi (getaran) dalam hati dan pikiran untuk segera
berjodoh maka akan menarik energi semesta untuk mendekatkan hati yang terpaut
segera mendekat (law of atraction). Saat itulah pasangan akan mendekat dan
bahkan pada pertemuan pertama akan memunculkan “chemistry” diantara keduanya
untuk saling terpaut. Biasanya pola ini terdeteksi saat kapan pertama kali
seseorang menaruh hati pada pasangan dan mendapat balasan “rasa” yang sama dari
pasangan, walaupun terkadang tidak terungkapkan, dengan bahasa mudahnya
“bagaimana model cinta pertama yang terbalaskan” apakah karena saling menaruh
rasa pada cinta padangan pertama?” mungkin kondisi ini terjadi saat masih usia
anak-anak seperti waktu SD. Jika benar, kemungkinan kelak jodohnya akan
memiliki pola yang sama dengan saat jatuh cinta pertama yaitu dengan pola jatuh
cinta pada pandangan pertama.
b. Jodoh dimulai dari proses
Mungkin
saat pertemuan pertama tidak menggetarkan hati, atau sedikit menggetarkan hati
dan belum memiliki rasa untuk saling terpaut. Namun seiring waktu dan berproses
bersama dapat menumbuhkan benih-benih “rasa” sehingga menimbulkan kenyamanan
untuk saling terpaut, akhirnya jatuh hati dan menggetarkan hati. Inilah jodoh
karena proses. Hal ini pun akan terulang, bagaimana pola jatuh cinta pertama
kita? Saat kita mulai dengan proses kemungkinan kelak akan mendapatkan jodoh
dengan pola yang sama yaitu jodoh dimulai dengan sebuah proses untuk
menumbuhkan rasa
c. Jodoh tanpa pola keduanya.
Inilah
pola yang unik, bahkan seseorang mendapatkan jodoh bukan karena cinta pandangan
pertama dan bahkan tanpa proses untuk menumbuhkan rasa cinta dalam berkomitmen
menjalin pernikahan, namun karena seolah kehidupan mengalir begitu saja.
Misalnya proses pilihan segera untuk menikah atau perjodohan. Biasanya pola ini
seseorang belum mengenali rasa cinta “dalam keterpautan”. Namun memahami wujud
cinta adalah pernikahan. Jodoh tanpa pola ini bisa terjadi karena “keadaan,
keterpaksaan atau bahkan dengan keyakinan yang kuat”
Apa yang terjadi di masa lalu? Cobalah untuk
memeriksa pola “hubungan atau rasa” yang pernah kita alami di masa lalu dan
hubungan dengan konsep jodoh yang kita percaya. Jika kita percaya akan
pandangan pertama, percaya pada proses atau percaya pada sesuatu
yang mengalir tanpa pola, periksa kembali apa yang bisa dipelajari dari masa
lalu akan menjadi pola jodoh kita kelak.
2)
Menggetarkan hati
jodoh
dapat diketahui sudah dekat jika hati bergetar. Akal bisa salah dan akal punya
pertimbangan berbeda dengan pertimbangan hati. Tidak ada seorang pun yang luput
dari kekurangan yang tidak bisa terjangkau oleh akal. “Tanyalah kepada hati
anda. Jika hati bergerak, ketika itu carikan pembenaran untuk akal anda.
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Wahai Wabishah, mintalah
fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan
hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu.
Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR.
Ahmad no.17545, Al Albani dalam Shahih At Targhib [1734] mengatakan: “hasan li
ghairihi“).
Al Munawi
mengatakan:
“‘mintalah fatwa pada
hatimu‘, yaitu hati yang tenang dan hati yang dikaruniai cahaya, yang bisa
membedakan yang haq dan yang batil, yang benar dan yang dusta. Oleh karena itu
disini Nabi berbicara demikian kepada Wabishah yang memang memiliki sifat
tersebut” (Faidhul Qadir, 1/495).
Ibnu
Allan Asy Syafi’i mengatakan:
“Sabda beliau ‘istafti
qalbak‘, maknanya: mintalah fatwa pada hatimu. Ini merupakan isyarat tentang
keadaan hati orang yang ajak bicara (Wabishah) bahwa hatinya masih suci di atas
fitrah, belum terkotori oleh hawa nafsu terhadap sesuatu yang tidak diridhai
Allah, lalu Nabi menjelaskan buah dari meminta fatwa dari hati yang demikian,
dan bahwasanya di sana ada jawaban dari apa yang ia tanyakan” (Dalilul
Falihin, 5/34).
3) Kesapadanan (cerminan diri)
Jodoh
adalah kesepadanan, Se-kufu’ adalah istilah yang sering disebut dalam
pernikahan. Se-kufu’ maksudnya adalah sepadan, sesuai, semisal. Sepadan disini
adalah kesepadanan antara calon suami dan calon istri satu dengan yang lainnya,
dan kesepadanan yang dimaksud bisa ditinjau dalam banyak aspek. Kadang kala
kesesuaian itu bisa dilihat dari fisik, keturunan, pendidikan, dan lain
sebagainya. Menurut mazhab Syafi'i berpendapat bahwa sekufu artinya sepadan
dalam empat hal yakni kesepadanan nasab, agama, strata sosial (merdeka atau
budak), dan pekerjaan.
Dalam
Hadist disebutkan,
“Wanita
dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya,
dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau
beruntung” (HR. Al-Bukhari no. 5090)
“Seorang
mukmin tidak mengambil manfaat sesudah takwa kepada Allah, yang lebih baik
dibandingkan wanita yang shalihah: Jika memerintahnya, ia mentaatinya; jika
memandang kepadanya, ia membuatnya senang; jika bersumpah terhadapnya, ia
memenuhi sumpahnya; jika bepergian meninggalkannya, maka ia tulus kepadanya
dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” HR. Ibnu Majah (no.
1857)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar