CINTA "UNTUK MENGIKHLASKAN"
Kata cinta tak
usang sepanjang ada kehidupan...Cinta identik dengan perasaan hati yang terpaut
dan perasaan memiliki. Namun cinta adalah bagian anasir rasa yang naik turun,
terkadangpun dapat hilang dengan keadaan ataupun berubah menjadi kebencian.
Itulah “cinta“ rasa yang telah dititipkan Tuhan kepada manusia untuk menjaga
alam semesta dari kerusakan. Orang tua mencintai anak anaknya, seorang anak mencintai
orang tuanya, seorang profesional mencintai pekerjaannya, seorang pemuda
mencinta seorang wanita. Sewajarnya cinta adalah fitrah insani yang membutuhkan
balasan. Namun pernahkah kita menyadari bahwa level tertinggi cinta adalah
mengikhlaskan..
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati.
Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan
ketulusan hati. Lantas apakah cinta bisa mengikhlaskan? Sepertinya hanya kata
kata saja dan sulit kita pungkiri sebagai manusia saat mencintai seseorang pasti
kita ingin mendapatkan. Ikhlas jadi level tertinggi dari mencintai karena tidak
semua orang berhasil melakukannya. Tapi sadarkah bahwa rasa cinta yang kita
miliki tak selamanya harus memiliki yang kita cintai. Mau tidak mau kita akan
meninggalkan apapun yang ada di dunia. Kita ambil contoh, saat seorang istri ditinggalkan
suami karena perceraian atau kematian, bukankah kita harus mengikhlaskan untuk
bisa berdamai dengan keadaan?. Seorang anak ditinggal meninggal oleh orang
tuanya, seorang pebisnis ditinggalkan relasinya, seorang pekerja kehilangan
pekerjaannya, atau bahkan saat kita mencintai seseorang yang tak memberikan
balasan?
Saat cinta tak
berbalas, ikhlaskanlah ! boleh jadi dia bukan terbaik untuk kita. Tuhan pasti
menyediakan kepantasan bagi cinta terbaik. Saat kita mencintai sesuatu dan belum
kita dapatkan! Berbaik sangkalah karena Tuhan pasti menyediakan sesuatu yang
terbaik bagi orang yang selalu berusaha dan sabar. “Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui” (Al Baqarah : 216).
Kehidupan penuh
misteri yang tak mampu kita pahami hanya dengan akal. Karena variabel bebas kehidupan
begitu kompleks dan variabel terikatnya sudah tertulis dalam takdir-Nya. Unsur manusia
yang berupa jasad memiliki hasrat duniawi. “Dijadikan terasa indah dalam
pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Ali Imron : 14)
Rasa cinta
adalah fitrah kebaikan, namun saat berlebihan menjadi hasrat yang dapat
menjerumuskan manusia. Rasulullah bersabda, “Tiadalah cinta dunia itu menguasai
hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak
berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak
lepas dari kelelahan.” (HR Ad Dailami). Kunci pembuka cinta adalah “kebaikan
hati” “Tabiat hati adalah cenderung mencintai orang yang berbuat baik padanya
dan membenci orang yang berbuat jelek padanya.” (HR. Al Baihaqi). Berhati-hatilah
dengan rasa cinta yang dapat menjerumuskan kejurang kemaksiatan.
Cintailah dunia dengan sekedarnya……..
semua hanya titipan …..
dunia bukan tempat keabadian…….
Cintailah sang pemberi keabadian maka
cintanya pasti abadi…..
Cintailah dengan ketaatan …..
Kelak pasti akan dapat keselamatan…
“Sesungguhnya amalan yang lebih dicintai
Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.
Ahmad)