Minggu, 09 Januari 2022

 Ketegasan Cinta


20 tahun yang lalu saya jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang akhwat jelita yang baru lulus SMA, cantik, berhijab syar'i, pintar, mandiri dan aktif di kegiatan sosial, dan yang paling penting sangat menjaga pergaulannya. Bagiku begitu sempurna.

Tapi saya adalah lelaki waras yang tahu diri, masih kuliah dan kerja seadanya. Maka harapan itu hanya saya simpan di dasar hati, dan justru saya menghindarinya, tak sanggup bila harus menatapnya, walau hati sangat ingin menafkahinya.. :D

Beberapa kali kita pernah dalam kegiatan yang sama, tapi tak ada tegur sapa apalagi saling bicara. Saya pikir sekalian saja tak perlu mengenalnya. Mungkin setelah sekian waktu perasaan ini akan berubah, dan lama-lama hilang.

Bagi saya jatuh hati pada lawan jenis itu biasa tapi pilihannya hanya dua, HALALKAN atau LUPAKAN. Sebagai lelaki normal waktu sekolah dulu saya juga pernah tertarik pada teman atau adik kelas perempuan, ya berteman biasa saja.

Tapi dengan akhwat yang satu ini saya merasa gak bisa sekedar berteman, padahal dengan teman-teman akhwat yang seangkatan dengannya saya biasa saja berkomunikasi dengan mereka.

Hingga 3 tahun berlalu, saya tahu banyak sekali lelaki yang juga mengharapkan akhwat tersebut, mulai dari teman kuliah, ustadz muda, manajer BUMN, pegawai pemerintah dan lainnya, dan saya tahu mereka adalah orang baik, kalau dibuat daftar peringkat mungkin saya akan berada dalam urutan paling bawah. 

Tapi saat itu belum satupun yang ditanggapi oleh akhwat tersebut, sekedar taarufpun dia tak mau, dengan alasan masih mau fokus belajar memperbaiki diri dan menyelesaikan kuliah.

Waktu itu saya anggap ini ujian dari Allah, seberapa besar saya ikhlas dalam beramal. Justru dalam sholat, saya sering menitikan air mata, mengapa begitu rapuhnya hati ini atas sebuah ujian yang bernama "wanita". 

Di organisasi dan di lapangan mungkin saya terlihat gagah dan kuat, tapi ternyata hati ini begitu lemah untuk menghilangkan bayang-bayangnya. Saya telah gagal mengabaikannya, justru semakin lama semakin terbayang sepertinya dia adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu bagi anak-anak saya.

Hingga suatu malam, selepas sholat tiba-tiba di hati ini seperti ada yang membisikkan, "Hei, jangan-jangan akhwat itu memang jodoh kamu, dan kamu tak akan pernah tahu kalau kamu tak pernah bertanya padanya. Memang kamu masih kuliah, kerja seadanya, tapi apakah kamu meragukan janji Allah. Justru ini menguji ketulusanmu apakah kamu ingin menikah karena Allah atau karena yang lain."

Maka keesokan paginya saya bertekad bulat menghubungi teman si akhwat ini untuk menyampaikan maksud hati mengajaknya taaruf, dan ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya "menembak" wanita. Tapi ternyata akhwat itu minta waktu 3 hari untuk menjawabnya.

Ya sudahlah, saya benar2 dalam kondisi pasrah pada Allah, karena memang tak ada yang dapat saya banggakan, bahkan tabungan saya pun sebenarnya tak kan cukup untuk walimah yang layak. 

Saya sudah berfikir dia akan menolak saya, setidaknya itu akan membuat jauh lebih mudah bagi saya untuk membuang harapan itu selamanya, toh saya belum pernah berinteraksi langsung dengannya, bahkan mendengar suaranya langsung dari jarak dekat pun saya belum pernah.

Setelah 3 hari, di luar dugaan, bukannya dia menjawab ajakan taaruf saya, tapi akhwat itu justru meminta saya melamar ke bapaknya jika memang serius. Ternyata dalam 3 hari itu dia minta ijin kepada Ayah-Ibu-nya untuk menikah. 

Tapi akhinya kami tetap melakukan taaruf sekaligus nadzor di rumah guru ngajinya, dan itu adalah pertemuan pertama dan satu-satunya yang kami lakukan sebelum menikah, setelah itu saya langsung melamar ke orang tuanya.

Alhammdulillah akhirnya kami menikah dengan acara walimah yang sederhana namun cukup meriah,  bagi kami itu begitu indah. Setelah menikah itulah sebenarnya kami mulai melakukan taaruf yang sesungguhnya, kita menyebutnya taaruf dan pacaran seumur hidup. 

Suatu saat kami pernah naik bus berdua dan selalu bergandengan tangan, ada yang mengira kami mahasiswa yang sedang pacaran, memang benar sih, lebih tepatnya, kami adalah mahasiswa yang sudah menikah dan menjadi pacar yang halal.

Akhirnya saya tahu, saat dulu saya jatuh hati pada pandangan pertama, ternyata istri saya ini juga punya simpati yang sama, dan saat itulah kami sama-sama saling mencari tahu nama. Tapi rasa itu kita anggap tak ada dan tak pernah terkata, tak juga bertegur sapa, tak pernah bicara meski sering jumpa, tak ada cerita antara kita, hingga rasa itu bermetamorfosa terselip dalam doa.

Ternyata banyak momen-momen yang membuat rasa simpati itu makin tumbuh, misalnya ketika dulu saya harus menghadapi preman dalam sebuah kegiatan, diam-diam dia memperhatikan apa yang saya lakukan, begitupun sebaliknya. 

Jadi sejak pandangan pertama itu, sebenarnya kami saling memperhatikan, tapi kami juga saling menyimpannya rapat-rapat. Bahkan teman saya yang satu kamar kos dan satu organisasi pun tak menyadarinya. 

Kini kami telah menyatu, merangkai masa lalu ketika saling membisu, saat hati beradu rindu walau tak saling tahu, ketika cinta tak terkata meski hati telah merasa, hanya saling mendoa semoga kita bisa bersama hingga ke JannahNya.

Ternyata Allah memang punya rencana indah, agar kami terlebih dahulu belajar tentang hidup dengan lebih matang, agar mampu menyandarkan hati padaNya sebelum mengikatkan hati membangun rumah tangga.

Allah memang maha mengatur segalanya, termasuk hari ketika saya memutuskan untuk mengutarakan niat meminang calon istri saya, itu seperti keputusan tiba-tiba yang bahkan saya sendiri heran, kenapa saya bisa senekat itu, hampir tanpa persiapan.

Padahal saya mahasiswa ilmu komputer, sambil kerja jadi programmer, saya berprinsip setiap keputusan penting dalam hidup harus melalui perhitungan yang matang, tapi kali ini sepertinya saya hanya mengandalkan naluri dan keyakinan saja.

Tapi ternyata itu memang waktu di mana saya harus melakukannya, karena setelah menikah saya baru tahu, seandinya hari itu saya tidak meminangnya, maka 3 hari berikutnya dia harus melakukan proses taaruf dengan seorang ikhwan yang sudah dipersiapkan oleh guru ngajinya, dan bisa saja berlanjut menikah dengannya.

Karena beberapa hari sebelum saya mengajaknya taaruf, sang guru ngaji sudah menyodorkan seorang ikhwan yang kali ini tak ada alasan baginya untuk menolaknya, tapi entah pikiran dari mana, dia meminta waktu 2 pekan untuk istikhoroh. Sang guru ngaji sempat heran, karena biasanya seseorang akan melakukan istikhoroh setelah taaruf.

Dan di hari-hari terakhir ketika waktu itu akan habis, tiba-tiba tak ada angin tak ada hujan, temannya memberi tahu bahwa saya juga mengajaknya taaruf, mungkin itu jawaban dari istikhorahnya.

Maka di sisa 3 hari itu dia langsung menghubungi ayahnya untuk meminta ijin menikah dengan saya, dan entah bagaimana ceritanya beliau langsung yakin dan mengijinkan anaknya untuk menikah dengan saya.

Jadi di hari ke-3 itu sebenarnya dia mengabarkan kepada guru ngajinya bahwa dia tidak bisa menerima ajakan taaruf ikhwan itu sekaligus menyampaikan bahwa dia akan taaruf dengan saya.

Don't get me wrong, ikhwan yang mengajaknya taaruf adalah lelaki sholeh yang baik, dan sang guru ngaji itu saya yakin beliau sangat tulus ingin membantu binaannya mendapatkan seorang suami yang terbaik, saya sangat mengerti dan saya sangat respect kepada mereka.

Seandainya saya tahu bahwa Ikhwan itu sudah meminta (meski belum dijawab) untuk taaruf, mungkin saya akan berfikir dua kali untuk melakukannya, karena penilaian objective saya sebenarnya dia lebih siap, termasuk masalah maisyah dan nafkah.

Tapi itulah, Jalan cinta memang rahasia....

Jodoh adalah takdir Allah benar adanya. Ikhtiar dan doa adalah kewajiban manusia, tapi jodoh itu rahasia Allah. Entah sekarang, lusa, atau nanti Allah pertemukan jodoh kita, hanya Allah yang tahu, karena itu sepenuhnya hak mutlak Allah.

Kehidupan ini hakikatnya ujian, begitu juga cinta, pada apa hati ini disandarkan. Nabi Ibrahim adalah kekasih Allah, dan sudah tentu juga mencintai Ismail anak semata wayangnya, maka cinta butuh pembuktian, butuh pengorbanan. Karena tanpa pengorbanan cinta hanyalah sekedar kata tanpa makna.

Kini kami telah memiliki beberapa anak, semua yang lelaki saya beri nama Ibrahim, sebagai doa semoga menjadi lelaki tangguh seperti Nabi Ibrahim yang rela berkorban demi cintanya yang hakiki, yang perempuan kami titipkan doa dalam namanya agar menjadi wanita yang "menjaga kehormatan dan selalu bersyukur".

Semoga kita semua istiqomah di jalan Allah.


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=eRrjNt3TR5s

(komen oleh Rindu Rembulan)



Minggu, 02 Januari 2022

Hati-Hati dengan Rasa Cemburu

 

Cemburu “ kata yang tak asing” bagi kita selama masih diberikan hati dan keterikatan pada sesuatu”Mungkin rasa ini pernah kita alami, misalnya suami cemburu saat istrinya dekat dengan laki-laki lain, ataupun sebaliknya istri cemburu karena suami dekat dengan wanita lain

 Dalam KBBI cemburu berarti cemburu/cem·bu·ru/ a 1 merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; 2 kurang percaya; curiga (karena iri hati). Kata cemburu berasal dari Yunani yaitu zelos yang berarti persaingan dan menunjukkan intensitas perasaan. Cemburu merupakan reaksi terhadap ancaman yang dianggap terjadi dalam suatu hubungan. Cemburu adalah insting alami manusia, yang dirasakan ketika timbul ancaman (baik itu suatu hal atau seseorang) yang dianggap membahayakan keberadaan dirinya. Cemburu adalah adalah emosi normal yang dirasakan terhadap sesuatu atau seseorang yang ingin dimiliki, telah dimiliki dan ingin dipertahankan. Umumnya cemburu lebih didasari oleh naluri untuk mempertahankan sesuatu yang sudah dimiliki, atau setidaknya dirasa sudah jadi miliknya. Namun rasa cemburu tak hanya menjangkiti keterpautan dalam pasangan saja namun kecemburuan dalam hal harta, cemburu fisik, dan segudang kecemburuan lainnya.

Kali ini kita akan mengkaji rasa cemburu dalam hubungan antar manusia khususnya hubungan dalam pasangan. Menurut beberapa pendapat, ada yang mengatakan kalau cemburu itu adalah tanda benar-benar cinta. Namun ada juga yang bilang cemburu adalah sifat terlalu posesif.  Rasa cemburu diperlukan agar kita semakin harmonis dengan pasangan, namun rasa cemburu yang berlebihan bisa membahayakan karena menimbulkan perasaan tak nyaman pada kedua pihak yang menjalani hubungan.  

Berikut kajian cemburu dalam neuroscience

            1.     Dipengaruhi otak sosial

Cinta, cemburu, marah, dan benci merupakan perilaku yang dihasilkan otak sosial manusia. Otak sosial ini merupakan kombinasi dari kemampuan pikir atau logika yang berpusat di korteks (lapisan terluar) otak serta pengelolaan emosi yang berpusat di sistem limbik

2.      Cemburu adalah bentuk emosi

Cemburu, menurut Christine R Harris dalam The Evolution of Jealously pada American Scientist Volume 92 Nomor 1, 2004, adalah emosi negatif yang muncul saat hubungan seseorang dengan orang lain yang spesial terancam oleh adanya pesaing lain. Cemburu adalah emosi bawaan, dan ekspresi pada setiap orang berbeda sesuai dengan kemampuan sosial kognitif dan tumbuh kembangnya. Cinta tidak bisa berubah seketika menjadi benci. Untuk muncul benci, harus ada stimulus berkelanjutan yang mengikis rasa cinta. Benci dapat muncul karena cemburu, amarah, atau bosan. Cemburu merupakan basis munculnya benci yang paling berbahaya karena bisa membuat seseorang dikontrol oleh emosinya, bukan logikanya. Cemburu dapat dikatakan emosi kompleks karena kehadirannya juga ditandai dengan adanya pengalaman emosi-emosi yang lain. Tiga perasaan yang paling menggambarkan cemburu adalah hurt, fear, dan anger. Terluka (hurt) timbul dari persepsi bahwa pasangan kita tidak menghargai komitmen pada hubungan kita, sedangkan takut (fear) dan cemas (anxiety) timbul dari ketakutan akan diabaikan dan kehilangan. Marah (angry) timbul dari perasaan dinomorduakan dari orang lain.

 3.      Cemburu bisa menguatkan hubungan

Rasa cemburu memang sering dipandang sebagai emosi negatif, walaupun sebenarnya normal-normal saja untuk situasi tertentu. Rasa cemburu menyebabkan adanya lonjakan kadar hormon testosteron dan kortisol di tubuh. Hormon testosteron ini berkaitan dengan sifat agresif pada pria, sementara kortisol berperan sebagai hormon stres. Kedua hormon ini membuat manusia memiliki hasrat untuk mempertahankan pasangan setiap kali dilanda cemburu. Hal ini diperkuat juga dengan adanya peningkatan aktivitas septum lateral, yaitu bagian otak yang berperan dalam mengendalikan emosi dan menjalin ikatan pada pasangan. Jadi, rasa cemburu bertindak sebagai alarm yang mengingatkan kita bahwa hubungan memang harus selalu dibina, bukan dibiarkan begitu saja.

             4.    Dipengaruhi Neurotransmiter

Hal lain yang juga berperan penting dalam perilisan rasa cemburu seseorang adalah sistem dopamine. Dopamine dapat mempengaruhi berbagai area dalam otak. Misalnya, pada daerah mesolimbic. dopamine tersebut berperan dalam membentuk emosi perasaan menyenangkan, seperti bahagia, jatuh cinta. Berdasarkan cara kerja dopamine, ada tiga macam bentuk cemburu, yakni reactive, suspicious, dan delusional. Reactive jealousy merupakan rasa cemburu yang terjadi saat kita merasa tertipu oleh pasangan. Suspicious jealousy merupakan rasa cemburu yang timbul saat kita melihat pasangan menggoda orang lain. Delusional jealousy, cemburu yang terakhir ini membuat kita bertingkah seperti orang kehilangan akal dan tentu berakibat fatal seperti mengecek ponsel pasangan setiap menit.

Selain dipengaruhi oleh neurotransmitter dopamin yang tinggi, cemburu dipengaruhi tingginya norepinefrin. Norepinephrine terlibat dalam fight or flight response dan dalam regulasi tidur, mood dan tekanan darah. Dasar cinta adalah memberi rasa tenang dan bahagia. Jika rasa itu terancam, seperti hadirnya cemburu atau rasa dikhianati maka otak reptil dengan cepat membentuk sistem pertahanan diri untuk menjaga rasa tenang dan bahagia tetap ada. Respons pertahanan diri itu berupa bertarung menghadapi ancaman (fight) atau melarikan diri (flight). norepinefrin meningkat sebagai bagian dari respons melawan atau lari untuk memobilisasi otak dan tubuh untuk bertindak.

 So…

Cemburu adalah sifat naluriah manusia, namun, cemburu bisa menjadi tidak sehat apabila menjerumuskan keretakan hubungan bahkan perceraian apabila tidak bisa dikelola dengan baik. Cemburu yang sehat berarti cemburu yang sewajarnya. Sewajarnya dalam arti pasangan saling jujur tentang perasaan. Pasangan harus tahu apa yang diinginkan dalam hubungan dan membangun batasan-batasan yang disepakati bersama.

 Sekarang kita kaji rasa cemburu dalam Dinul Islam :

Menurut ‘Abdullah bin Syaddad, ada dua jenis ghirah. Pertama, ghirah yang dengannya seseorang dapat memperbaiki keadaan keluarga. Kedua, ghirah yang dapat meyebabkannya masuk neraka. Dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi was allam bersabda:

 “Sesungguhnya sifat cemburu itu ada yang dicintai oleh Allah dan ada yang dibenci oleh Allah. Adapun cemburu yang disukai adalah cemburu yang berdasarkan curiga (dengan bukti yang jelas). Adapun cemburu yang dibenci adalah cemburu yang tidak didasari dengan bukti yang jelas.” (Sunan al Baihaqi)

 Kecemburuan Aisyah pernah diungkapkannya dalam sebuah riwayat demikian:

“Dari ‘Aisyah : “Aku tidak cemburu kepada seorang wanita terhadap Rasulullah sebesar cemburuku kepada Khadijah, sebab beliau selalu menyebut namanya dan memujinya”[ Hadist riwayat al Bukhari]

 Disebutkan di dalam hadits, bahwa Saad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berkata:

Sekiranya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan isteriku, niscaya akan kutebas ia dengan pedang,” ucapan itu akhirnya sampai kepada Rasulullah. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Apakah kalian merasa heran terhadap kecemburuan Saad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya, dan Allah lebih cemburu daripadaku.”[Hadist riwayat al Bukhari]

 

Melalui hadits di atas, jelas bahwa cemburu yang dibolehkan adalah cemburu yang berdasarkan data dan bukti yang nyata. Sementara cemburu yang tidak boleh ialah cemburu yang tidak didasari bukti. Hindari cemburu yang tercela, yaitu cemburu yang berlebihan. Cemburu yang selalu menimbulkan prasangka buruk pada pasangannya. Cemburu yang menyebabkan menuduh pasangan tanpa bukti serta dapat menghilangkan kasih sayang sesama pasangan.

 Allah Ta’ala berfirman,

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa” (QS. Al-Hujurat: 12).

 Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadis dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,

Allah menetapkan rasa cemburu pada para wanita, maka barangsiapa yang sabar terhadap mereka, maka baginya pahala orang mati syahid.” Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bazar dan ia mengisyaratkan akan sahihnya hadis ini. Para perawinya tsiqoh (terpercaya) hanya saja para ulama memperselisihkan kredibilitas seorang perawi yang bernama Ubaid bin AS-Sobbah.

 Allah Ta’ala berfirman,

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. An-Nisa' Ayat 32)

 

Cemburu

Wahai sifat antaramu

Ku ingin ke surga dengan sifatmu

Dan ku tak ingin masuk neraka karena sifatmu

Cemburu

Kau ada diatara itu

Ya Allah

berilah keteguhan hati

di antara rasa itu

 

"Yaa muqallibal quluub tsabbit quluubanaa 'alaa diinik”

 

Artinya, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu”.

 

Sabtu, 18 Desember 2021

Cinta untuk mengikhlaskan

 CINTA "UNTUK MENGIKHLASKAN"


Kata cinta tak usang sepanjang ada kehidupan...Cinta identik dengan perasaan hati yang terpaut dan perasaan memiliki. Namun cinta adalah bagian anasir rasa yang naik turun, terkadangpun dapat hilang dengan keadaan ataupun berubah menjadi kebencian. Itulah “cinta“ rasa yang telah dititipkan Tuhan kepada manusia untuk menjaga alam semesta dari kerusakan. Orang tua mencintai anak anaknya, seorang anak mencintai orang tuanya, seorang profesional mencintai pekerjaannya, seorang pemuda mencinta seorang wanita. Sewajarnya cinta adalah fitrah insani yang membutuhkan balasan. Namun pernahkah kita menyadari bahwa level tertinggi cinta adalah mengikhlaskan..

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Lantas apakah cinta bisa mengikhlaskan? Sepertinya hanya kata kata saja dan sulit kita pungkiri sebagai manusia saat mencintai seseorang pasti kita ingin mendapatkan. Ikhlas jadi level tertinggi dari mencintai karena tidak semua orang berhasil melakukannya. Tapi sadarkah bahwa rasa cinta yang kita miliki tak selamanya harus memiliki yang kita cintai. Mau tidak mau kita akan meninggalkan apapun yang ada di dunia. Kita ambil contoh, saat seorang istri ditinggalkan suami karena perceraian atau kematian, bukankah kita harus mengikhlaskan untuk bisa berdamai dengan keadaan?. Seorang anak ditinggal meninggal oleh orang tuanya, seorang pebisnis ditinggalkan relasinya, seorang pekerja kehilangan pekerjaannya, atau bahkan saat kita mencintai seseorang yang tak memberikan balasan?

Saat cinta tak berbalas, ikhlaskanlah ! boleh jadi dia bukan terbaik untuk kita. Tuhan pasti menyediakan kepantasan bagi cinta terbaik. Saat kita mencintai sesuatu dan belum kita dapatkan! Berbaik sangkalah karena Tuhan pasti menyediakan sesuatu yang terbaik bagi orang yang selalu berusaha dan sabar. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al Baqarah : 216).

Kehidupan penuh misteri yang tak mampu kita pahami hanya dengan akal. Karena variabel bebas kehidupan begitu kompleks dan variabel terikatnya sudah tertulis dalam takdir-Nya. Unsur manusia yang berupa jasad memiliki hasrat duniawi. “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Ali Imron : 14)

Rasa cinta adalah fitrah kebaikan, namun saat berlebihan menjadi hasrat yang dapat menjerumuskan manusia. Rasulullah bersabda, “Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan.” (HR Ad Dailami). Kunci pembuka cinta adalah “kebaikan hati” “Tabiat hati adalah cenderung mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jelek padanya.” (HR. Al Baihaqi). Berhati-hatilah dengan rasa cinta yang dapat menjerumuskan kejurang kemaksiatan.

Cintailah dunia dengan sekedarnya……..

semua hanya titipan …..

dunia bukan tempat keabadian…….

Cintailah sang pemberi keabadian maka cintanya pasti abadi…..

Cintailah dengan ketaatan …..

Kelak pasti akan dapat keselamatan…

“Sesungguhnya amalan yang lebih dicintai Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ahmad)

 

 

 

 

 

 

 

 


Minggu, 07 Februari 2021

JODOH

 JODOH

Jodoh dalam KBBI adalah orang yang cocok menjadi suami atau istri; pasangan hidup; imbangan: berhati-hatilah dalam memilih --; 2 n sesuatu yang cocok sehingga menjadi sepasang;

Jodoh adalah misteri Illahi

Siapa, kapan, dimana, berapa, sampai kapan?

Memang menjadi pertanyaan bagi setiap insan akan misteri jodoh ini. Jodoh identik dengan pasangan hidup atau belahan jiwa. Konsepsi jodoh dalam agama sebagai berikut :

1.            Jodoh adalah tanda kebesaran Allah

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS Az Dzariyat : 49).

2.            Jodoh adalah pasangan hidup

Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang pasangan pria dan wanita”. (QS An Najm : 45).

“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.            Jodoh adalah cerminan diri

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”… (QS. An Nur:26)

“Laki laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki laki yang berzina atau laki laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang orang yang mukmin”. (QS An Nur : 3)

4.            Jodoh mendatangkan rezeki

 “Dan nikahilah orang yang masih membujang diantara kamu dan juga orang orang yang layak menikah dari hamba hamba sahaya mu yang laki laki dan perempuan. Allah akan memberikan kemampuan pada mereka dengan karunia Nya dan Allah maha luas pemberian Nya”. (QS An Nur : 32)

5.            Jodoh menentramkan hati

Dan diantara tanda tanda kekuasan Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepasanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”. (QS Ar Rum : 21)

“ Dan orang orang yang berkata : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang bertaqwa”. (QS Al Furqan : 74).

   “Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan istri nya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama Nya kamu saling mencinta satu sama lain”. (QS An Nisa : 1)

 

 

 Kajian konsepsi jodoh

Dalam siklus episode kehidupan, setiap perjumpaan yang di dalamnya ada kecocokan, dapat pula kita pahami sebagai jodoh. Begitu pula saat terjadi pernikahan, karena pernikahan dalam Islam itu adalah ikatan yang kuat untuk menyatukan suami-istri. Seperti ungkapan bahwa cinta adalah keputusan untuk bertanggung jawab dalam ikatan suci melalui ridha Illahi.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 21).

Ketika seseorang menikah, tentulah pasangan itu berjodoh, bagaimanapun keadaan proses dalam berjodoh baik pilihan sendiri maupun djodohkan. Namun, seiring berjalannya waktu, keserasian dalam berjodoh itu pun akan naik turun bahkan menghilang, dan begitu seterusnya. Hal ini sebagaimana iman yang juga naik-turun.

Dalam riwayat at-Tirmidziy: “Benar, sesungguhnya hati itu berada diantara jari-jari Allah, Ia membolak-balikannya sekehendakNya.” (HR.at Tirmidizy dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih at Tirmidziy)

Sebagaimana kita diminta berdoa agar diberikan ketetapan hati.

 'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik'

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” [HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792.

Persoalannya adalah, dalam kedinamisan itu, dalam naik-turunnya iman, hidup, bahkan jodoh, pilihan kita selanjutnyalah yang sebenarnya menjadi kunci. Yaitu, ketika hal-hal tersebut sedang naik turun apa yang kita perbuat? Apakah kita akan mempertahankan jodoh kita atau melepaskan jodoh kita sekiranya sudah tidak terjadi kecocokan. Sebagaimana ungkapan “jodoh adalah hubungan presisi yang berdurasi

Dari ungkapan tersebut dapat dimaknai jodoh adalah hubungan yang tepat (kecocokan) yang dibatasi oleh waktu dapat berpisah karena kematian atau perceraian. Bahkan dapat dimaknai “apakah yang menyudahi pernikahan berarti masa jodohnya habis?” dapat kita jawab, benar bahwa pada titik itu, yang menyudahi pernikahan itu masa jodohnya telah habis, entah keesokan harinya akankah terisi lagi atau bisa rujuk kembali. Begitu pula dengan poligami “apakah yang poligami itu jodohnya banyak?”. Dan, benar pula bahwa seseorang yang poligami itu jodohnya berarti banyak, tapi hanya pada titik itu, entah besok atau lusanya.

 Tanda jodoh

Jodoh memiliki pola unik. Kita banyak mendengar kisah tentang jodoh, mulai berjodoh karena proses lama, jodoh dari pandangan pertama, berjodoh karena keyakinan walaupun belum melihat wajah pasangan, sampai jodoh karena perjodohan. Apapun prosesnya, saat kita dengan rela maupun terpaksa saat sudah melakukan akad nikah berarti pasangan kita adalah jodoh kita.

1) kenali polanya

Sebenarnya dari analisa penulis terdapat pola jodoh yang dapat menjadi proses pembelajaran dan kajian bersama, ini sekedar analisa yang sifat kebenarannya nisbi. Ada 3 pola jodoh yakni sebagai berikut :

a.       Jodoh dimulai dari pandangan pertama

Saat seseorang mengalami vibrasi (getaran) dalam hati dan pikiran untuk segera berjodoh maka akan menarik energi semesta untuk mendekatkan hati yang terpaut segera mendekat (law of atraction). Saat itulah pasangan akan mendekat dan bahkan pada pertemuan pertama akan memunculkan “chemistry” diantara keduanya untuk saling terpaut. Biasanya pola ini terdeteksi saat kapan pertama kali seseorang menaruh hati pada pasangan dan mendapat balasan “rasa” yang sama dari pasangan, walaupun terkadang tidak terungkapkan, dengan bahasa mudahnya “bagaimana model cinta pertama yang terbalaskan” apakah karena saling menaruh rasa pada cinta padangan pertama?” mungkin kondisi ini terjadi saat masih usia anak-anak seperti waktu SD. Jika benar, kemungkinan kelak jodohnya akan memiliki pola yang sama dengan saat jatuh cinta pertama yaitu dengan pola jatuh cinta pada pandangan pertama.  

b.      Jodoh dimulai dari proses

Mungkin saat pertemuan pertama tidak menggetarkan hati, atau sedikit menggetarkan hati dan belum memiliki rasa untuk saling terpaut. Namun seiring waktu dan berproses bersama dapat menumbuhkan benih-benih “rasa” sehingga menimbulkan kenyamanan untuk saling terpaut, akhirnya jatuh hati dan menggetarkan hati. Inilah jodoh karena proses. Hal ini pun akan terulang, bagaimana pola jatuh cinta pertama kita? Saat kita mulai dengan proses kemungkinan kelak akan mendapatkan jodoh dengan pola yang sama yaitu jodoh dimulai dengan sebuah proses untuk menumbuhkan rasa

c.       Jodoh tanpa pola keduanya.

Inilah pola yang unik, bahkan seseorang mendapatkan jodoh bukan karena cinta pandangan pertama dan bahkan tanpa proses untuk menumbuhkan rasa cinta dalam berkomitmen menjalin pernikahan, namun karena seolah kehidupan mengalir begitu saja. Misalnya proses pilihan segera untuk menikah atau perjodohan. Biasanya pola ini seseorang belum mengenali rasa cinta “dalam keterpautan”. Namun memahami wujud cinta adalah pernikahan. Jodoh tanpa pola ini bisa terjadi karena “keadaan, keterpaksaan atau bahkan dengan keyakinan yang kuat”

 Apa yang terjadi di masa lalu? Cobalah untuk memeriksa pola “hubungan atau rasa” yang pernah kita alami di masa lalu dan hubungan dengan konsep jodoh yang kita percaya. Jika kita percaya akan pandangan pertama,  percaya pada proses atau percaya pada sesuatu yang mengalir tanpa pola, periksa kembali apa yang bisa dipelajari dari masa lalu akan menjadi pola jodoh kita kelak.

 2) Menggetarkan hati

jodoh dapat diketahui sudah dekat jika hati bergetar. Akal bisa salah dan akal punya pertimbangan berbeda dengan pertimbangan hati. Tidak ada seorang pun yang luput dari kekurangan yang tidak bisa terjangkau oleh akal. “Tanyalah kepada hati anda. Jika hati bergerak, ketika itu carikan pembenaran untuk akal anda.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR. Ahmad no.17545, Al Albani dalam Shahih At Targhib [1734] mengatakan: “hasan li ghairihi“).

Al Munawi mengatakan:

“‘mintalah fatwa pada hatimu‘, yaitu hati yang tenang dan hati yang dikaruniai cahaya, yang bisa membedakan yang haq dan yang batil, yang benar dan yang dusta. Oleh karena itu disini Nabi berbicara demikian kepada Wabishah yang memang memiliki sifat tersebut” (Faidhul Qadir, 1/495).

Ibnu Allan Asy Syafi’i mengatakan:

Sabda beliau ‘istafti qalbak‘, maknanya: mintalah fatwa pada hatimu. Ini merupakan isyarat tentang keadaan hati orang yang ajak bicara (Wabishah) bahwa hatinya masih suci di atas fitrah, belum terkotori oleh hawa nafsu terhadap sesuatu yang tidak diridhai Allah, lalu Nabi menjelaskan buah dari meminta fatwa dari hati yang demikian, dan bahwasanya di sana ada jawaban dari apa yang ia tanyakan” (Dalilul Falihin, 5/34).

 3) Kesapadanan (cerminan diri)

Jodoh adalah kesepadanan, Se-kufu’ adalah istilah yang sering disebut dalam pernikahan. Se-kufu’ maksudnya adalah sepadan, sesuai, semisal. Sepadan disini adalah kesepadanan antara calon suami dan calon istri satu dengan yang lainnya, dan kesepadanan yang dimaksud bisa ditinjau dalam banyak aspek. Kadang kala kesesuaian itu bisa dilihat dari fisik, keturunan, pendidikan, dan lain sebagainya. Menurut mazhab Syafi'i berpendapat bahwa sekufu artinya sepadan dalam empat hal yakni kesepadanan nasab, agama, strata sosial (merdeka atau budak), dan pekerjaan.

Dalam Hadist disebutkan,

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung” (HR. Al-Bukhari no. 5090)

“Seorang mukmin tidak mengambil manfaat sesudah takwa kepada Allah, yang lebih baik dibandingkan wanita yang shalihah: Jika memerintahnya, ia mentaatinya; jika memandang kepadanya, ia membuatnya senang; jika bersumpah terhadapnya, ia memenuhi sumpahnya; jika bepergian meninggalkannya, maka ia tulus kepadanya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” HR. Ibnu Majah (no. 1857)

Jumat, 03 Juli 2020

Kata Bijak

  • Berpikir positif akan membuat hidup anda menjadi bahagia
  • Bahagia adalah suatu proses untuk berlabuh ke dalam samudera ketenangan jiwa
  • Jadikan diri anda menjadi orang yang berkarakter
  • Keunikan setiap orang akan menghantarkan rahmat bagi kehidupan
  • Berlabuh dalam kesendirian menghantarkan dalam keabadian



 Ketegasan Cinta 20 tahun yang lalu saya jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang akhwat jelita yang baru lulus SMA, cantik, berhijab...