Sabtu, 18 Desember 2021

Cinta untuk mengikhlaskan

 CINTA "UNTUK MENGIKHLASKAN"


Kata cinta tak usang sepanjang ada kehidupan...Cinta identik dengan perasaan hati yang terpaut dan perasaan memiliki. Namun cinta adalah bagian anasir rasa yang naik turun, terkadangpun dapat hilang dengan keadaan ataupun berubah menjadi kebencian. Itulah “cinta“ rasa yang telah dititipkan Tuhan kepada manusia untuk menjaga alam semesta dari kerusakan. Orang tua mencintai anak anaknya, seorang anak mencintai orang tuanya, seorang profesional mencintai pekerjaannya, seorang pemuda mencinta seorang wanita. Sewajarnya cinta adalah fitrah insani yang membutuhkan balasan. Namun pernahkah kita menyadari bahwa level tertinggi cinta adalah mengikhlaskan..

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan ketulusan hati. Lantas apakah cinta bisa mengikhlaskan? Sepertinya hanya kata kata saja dan sulit kita pungkiri sebagai manusia saat mencintai seseorang pasti kita ingin mendapatkan. Ikhlas jadi level tertinggi dari mencintai karena tidak semua orang berhasil melakukannya. Tapi sadarkah bahwa rasa cinta yang kita miliki tak selamanya harus memiliki yang kita cintai. Mau tidak mau kita akan meninggalkan apapun yang ada di dunia. Kita ambil contoh, saat seorang istri ditinggalkan suami karena perceraian atau kematian, bukankah kita harus mengikhlaskan untuk bisa berdamai dengan keadaan?. Seorang anak ditinggal meninggal oleh orang tuanya, seorang pebisnis ditinggalkan relasinya, seorang pekerja kehilangan pekerjaannya, atau bahkan saat kita mencintai seseorang yang tak memberikan balasan?

Saat cinta tak berbalas, ikhlaskanlah ! boleh jadi dia bukan terbaik untuk kita. Tuhan pasti menyediakan kepantasan bagi cinta terbaik. Saat kita mencintai sesuatu dan belum kita dapatkan! Berbaik sangkalah karena Tuhan pasti menyediakan sesuatu yang terbaik bagi orang yang selalu berusaha dan sabar. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al Baqarah : 216).

Kehidupan penuh misteri yang tak mampu kita pahami hanya dengan akal. Karena variabel bebas kehidupan begitu kompleks dan variabel terikatnya sudah tertulis dalam takdir-Nya. Unsur manusia yang berupa jasad memiliki hasrat duniawi. “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Ali Imron : 14)

Rasa cinta adalah fitrah kebaikan, namun saat berlebihan menjadi hasrat yang dapat menjerumuskan manusia. Rasulullah bersabda, “Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni cita-cita tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan.” (HR Ad Dailami). Kunci pembuka cinta adalah “kebaikan hati” “Tabiat hati adalah cenderung mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jelek padanya.” (HR. Al Baihaqi). Berhati-hatilah dengan rasa cinta yang dapat menjerumuskan kejurang kemaksiatan.

Cintailah dunia dengan sekedarnya……..

semua hanya titipan …..

dunia bukan tempat keabadian…….

Cintailah sang pemberi keabadian maka cintanya pasti abadi…..

Cintailah dengan ketaatan …..

Kelak pasti akan dapat keselamatan…

“Sesungguhnya amalan yang lebih dicintai Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ahmad)

 

 

 

 

 

 

 

 


Minggu, 07 Februari 2021

JODOH

 JODOH

Jodoh dalam KBBI adalah orang yang cocok menjadi suami atau istri; pasangan hidup; imbangan: berhati-hatilah dalam memilih --; 2 n sesuatu yang cocok sehingga menjadi sepasang;

Jodoh adalah misteri Illahi

Siapa, kapan, dimana, berapa, sampai kapan?

Memang menjadi pertanyaan bagi setiap insan akan misteri jodoh ini. Jodoh identik dengan pasangan hidup atau belahan jiwa. Konsepsi jodoh dalam agama sebagai berikut :

1.            Jodoh adalah tanda kebesaran Allah

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS Az Dzariyat : 49).

2.            Jodoh adalah pasangan hidup

Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang pasangan pria dan wanita”. (QS An Najm : 45).

“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.            Jodoh adalah cerminan diri

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”… (QS. An Nur:26)

“Laki laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki laki yang berzina atau laki laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang orang yang mukmin”. (QS An Nur : 3)

4.            Jodoh mendatangkan rezeki

 “Dan nikahilah orang yang masih membujang diantara kamu dan juga orang orang yang layak menikah dari hamba hamba sahaya mu yang laki laki dan perempuan. Allah akan memberikan kemampuan pada mereka dengan karunia Nya dan Allah maha luas pemberian Nya”. (QS An Nur : 32)

5.            Jodoh menentramkan hati

Dan diantara tanda tanda kekuasan Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepasanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”. (QS Ar Rum : 21)

“ Dan orang orang yang berkata : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang bertaqwa”. (QS Al Furqan : 74).

   “Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan istri nya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama Nya kamu saling mencinta satu sama lain”. (QS An Nisa : 1)

 

 

 Kajian konsepsi jodoh

Dalam siklus episode kehidupan, setiap perjumpaan yang di dalamnya ada kecocokan, dapat pula kita pahami sebagai jodoh. Begitu pula saat terjadi pernikahan, karena pernikahan dalam Islam itu adalah ikatan yang kuat untuk menyatukan suami-istri. Seperti ungkapan bahwa cinta adalah keputusan untuk bertanggung jawab dalam ikatan suci melalui ridha Illahi.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 21).

Ketika seseorang menikah, tentulah pasangan itu berjodoh, bagaimanapun keadaan proses dalam berjodoh baik pilihan sendiri maupun djodohkan. Namun, seiring berjalannya waktu, keserasian dalam berjodoh itu pun akan naik turun bahkan menghilang, dan begitu seterusnya. Hal ini sebagaimana iman yang juga naik-turun.

Dalam riwayat at-Tirmidziy: “Benar, sesungguhnya hati itu berada diantara jari-jari Allah, Ia membolak-balikannya sekehendakNya.” (HR.at Tirmidizy dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih at Tirmidziy)

Sebagaimana kita diminta berdoa agar diberikan ketetapan hati.

 'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik'

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” [HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792.

Persoalannya adalah, dalam kedinamisan itu, dalam naik-turunnya iman, hidup, bahkan jodoh, pilihan kita selanjutnyalah yang sebenarnya menjadi kunci. Yaitu, ketika hal-hal tersebut sedang naik turun apa yang kita perbuat? Apakah kita akan mempertahankan jodoh kita atau melepaskan jodoh kita sekiranya sudah tidak terjadi kecocokan. Sebagaimana ungkapan “jodoh adalah hubungan presisi yang berdurasi

Dari ungkapan tersebut dapat dimaknai jodoh adalah hubungan yang tepat (kecocokan) yang dibatasi oleh waktu dapat berpisah karena kematian atau perceraian. Bahkan dapat dimaknai “apakah yang menyudahi pernikahan berarti masa jodohnya habis?” dapat kita jawab, benar bahwa pada titik itu, yang menyudahi pernikahan itu masa jodohnya telah habis, entah keesokan harinya akankah terisi lagi atau bisa rujuk kembali. Begitu pula dengan poligami “apakah yang poligami itu jodohnya banyak?”. Dan, benar pula bahwa seseorang yang poligami itu jodohnya berarti banyak, tapi hanya pada titik itu, entah besok atau lusanya.

 Tanda jodoh

Jodoh memiliki pola unik. Kita banyak mendengar kisah tentang jodoh, mulai berjodoh karena proses lama, jodoh dari pandangan pertama, berjodoh karena keyakinan walaupun belum melihat wajah pasangan, sampai jodoh karena perjodohan. Apapun prosesnya, saat kita dengan rela maupun terpaksa saat sudah melakukan akad nikah berarti pasangan kita adalah jodoh kita.

1) kenali polanya

Sebenarnya dari analisa penulis terdapat pola jodoh yang dapat menjadi proses pembelajaran dan kajian bersama, ini sekedar analisa yang sifat kebenarannya nisbi. Ada 3 pola jodoh yakni sebagai berikut :

a.       Jodoh dimulai dari pandangan pertama

Saat seseorang mengalami vibrasi (getaran) dalam hati dan pikiran untuk segera berjodoh maka akan menarik energi semesta untuk mendekatkan hati yang terpaut segera mendekat (law of atraction). Saat itulah pasangan akan mendekat dan bahkan pada pertemuan pertama akan memunculkan “chemistry” diantara keduanya untuk saling terpaut. Biasanya pola ini terdeteksi saat kapan pertama kali seseorang menaruh hati pada pasangan dan mendapat balasan “rasa” yang sama dari pasangan, walaupun terkadang tidak terungkapkan, dengan bahasa mudahnya “bagaimana model cinta pertama yang terbalaskan” apakah karena saling menaruh rasa pada cinta padangan pertama?” mungkin kondisi ini terjadi saat masih usia anak-anak seperti waktu SD. Jika benar, kemungkinan kelak jodohnya akan memiliki pola yang sama dengan saat jatuh cinta pertama yaitu dengan pola jatuh cinta pada pandangan pertama.  

b.      Jodoh dimulai dari proses

Mungkin saat pertemuan pertama tidak menggetarkan hati, atau sedikit menggetarkan hati dan belum memiliki rasa untuk saling terpaut. Namun seiring waktu dan berproses bersama dapat menumbuhkan benih-benih “rasa” sehingga menimbulkan kenyamanan untuk saling terpaut, akhirnya jatuh hati dan menggetarkan hati. Inilah jodoh karena proses. Hal ini pun akan terulang, bagaimana pola jatuh cinta pertama kita? Saat kita mulai dengan proses kemungkinan kelak akan mendapatkan jodoh dengan pola yang sama yaitu jodoh dimulai dengan sebuah proses untuk menumbuhkan rasa

c.       Jodoh tanpa pola keduanya.

Inilah pola yang unik, bahkan seseorang mendapatkan jodoh bukan karena cinta pandangan pertama dan bahkan tanpa proses untuk menumbuhkan rasa cinta dalam berkomitmen menjalin pernikahan, namun karena seolah kehidupan mengalir begitu saja. Misalnya proses pilihan segera untuk menikah atau perjodohan. Biasanya pola ini seseorang belum mengenali rasa cinta “dalam keterpautan”. Namun memahami wujud cinta adalah pernikahan. Jodoh tanpa pola ini bisa terjadi karena “keadaan, keterpaksaan atau bahkan dengan keyakinan yang kuat”

 Apa yang terjadi di masa lalu? Cobalah untuk memeriksa pola “hubungan atau rasa” yang pernah kita alami di masa lalu dan hubungan dengan konsep jodoh yang kita percaya. Jika kita percaya akan pandangan pertama,  percaya pada proses atau percaya pada sesuatu yang mengalir tanpa pola, periksa kembali apa yang bisa dipelajari dari masa lalu akan menjadi pola jodoh kita kelak.

 2) Menggetarkan hati

jodoh dapat diketahui sudah dekat jika hati bergetar. Akal bisa salah dan akal punya pertimbangan berbeda dengan pertimbangan hati. Tidak ada seorang pun yang luput dari kekurangan yang tidak bisa terjangkau oleh akal. “Tanyalah kepada hati anda. Jika hati bergerak, ketika itu carikan pembenaran untuk akal anda.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR. Ahmad no.17545, Al Albani dalam Shahih At Targhib [1734] mengatakan: “hasan li ghairihi“).

Al Munawi mengatakan:

“‘mintalah fatwa pada hatimu‘, yaitu hati yang tenang dan hati yang dikaruniai cahaya, yang bisa membedakan yang haq dan yang batil, yang benar dan yang dusta. Oleh karena itu disini Nabi berbicara demikian kepada Wabishah yang memang memiliki sifat tersebut” (Faidhul Qadir, 1/495).

Ibnu Allan Asy Syafi’i mengatakan:

Sabda beliau ‘istafti qalbak‘, maknanya: mintalah fatwa pada hatimu. Ini merupakan isyarat tentang keadaan hati orang yang ajak bicara (Wabishah) bahwa hatinya masih suci di atas fitrah, belum terkotori oleh hawa nafsu terhadap sesuatu yang tidak diridhai Allah, lalu Nabi menjelaskan buah dari meminta fatwa dari hati yang demikian, dan bahwasanya di sana ada jawaban dari apa yang ia tanyakan” (Dalilul Falihin, 5/34).

 3) Kesapadanan (cerminan diri)

Jodoh adalah kesepadanan, Se-kufu’ adalah istilah yang sering disebut dalam pernikahan. Se-kufu’ maksudnya adalah sepadan, sesuai, semisal. Sepadan disini adalah kesepadanan antara calon suami dan calon istri satu dengan yang lainnya, dan kesepadanan yang dimaksud bisa ditinjau dalam banyak aspek. Kadang kala kesesuaian itu bisa dilihat dari fisik, keturunan, pendidikan, dan lain sebagainya. Menurut mazhab Syafi'i berpendapat bahwa sekufu artinya sepadan dalam empat hal yakni kesepadanan nasab, agama, strata sosial (merdeka atau budak), dan pekerjaan.

Dalam Hadist disebutkan,

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung” (HR. Al-Bukhari no. 5090)

“Seorang mukmin tidak mengambil manfaat sesudah takwa kepada Allah, yang lebih baik dibandingkan wanita yang shalihah: Jika memerintahnya, ia mentaatinya; jika memandang kepadanya, ia membuatnya senang; jika bersumpah terhadapnya, ia memenuhi sumpahnya; jika bepergian meninggalkannya, maka ia tulus kepadanya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” HR. Ibnu Majah (no. 1857)

 Ketegasan Cinta 20 tahun yang lalu saya jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang akhwat jelita yang baru lulus SMA, cantik, berhijab...